SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN
MINGGU KE - 04
LATIAN 1
KOTA MALANG
NAMA : NAUFAL ZAKI
NIM : 165040200111138
KELAS : M
1. Bahan Kajian
A. Tahap Persiapan Survei Lahan
Salah
satu sarana yang sangat penting untuk dipersiapkan dalam tahap ini adalah Peta
Dasar. Peta dasar adalah suatu peta
yang dipergunakan sebagai dasar untuk
melakukan pengamatan tanah dilapang. Untuk tujuan ini maka potret udara
atau peta topografi dengan skala yang sesuai telah digunakan. Potret udara atau
peta topografi yang diperlukan pada dasarnya harus mempunyai skala yang lebih
besar daripada peta tanah yang di buat. Apabila potret udara tidak tersediamaka
di perlukan peta topografi yang baik sebagai peta dasar. Peta ini harus lengkap
dengan garis kontur sesuai dengan skalanya, sehingga mudah dibedakan bentuk –
bentuk wilayah didaerah tersebut.
B. Tujuan Survei Tanah
Survei
tanah bertujuan umum, ditujukan untuk memberikan data sebagai dasar interprestasi
untuk berbagai penggunaan lahan yang berbeda, bahkan beberapa dari penggunaan lahan tersebut belum
diketahui. Survei tanah bertujuan umum meliputi pembuatan peta pedologi yang
menyajiakan sebaran satuan-satuan tanah yang ditentukan menurut morfologi serta
data sifat fisik, kimia dan biologi yang dikumpulkaan di laboraturium dan di
lapangan. Contohnya yaitu : pembuatan peta pedologi, dan sebagai dasar untuk melakukan riset yang berkaitan
dengan hubungan tanah tanaman.
Survei
tanah bertujuan khusus, merupakan survei tanah yang sudah memiliki tujuan dalam
penggunaan lahan yang disurvei. Survei ini menghimpun informasi sesuai dengan yang
dibutuhkan dalam tujuan tersebut. Biasanya survei ini dilakukan pada wilayah
yang telah berkembang dan padat penduduk. Contoh : Survei daerah aliran
sungai untuk pengembangan irigasi.
C. Estimasi Biaya Survei
Estimasi
biaya merupakan perkiraan pengeluaran yang akan digunakan dalam survey tanah dan evaluasi
lahan. Untuk persiapan pra survey diluar perlengkapan, maka biaya yang
diperlukan adalah biaya transportasi, dan konsumsi serta biaya perizinan jika
memerlukan.
D. Pengumpulan Data, Foto Udara /
Citra Satelit dan Peta
Pengumpulan
data (laporan dan peta) sekunder yang berisikan data-data yang diperlukandalam
kegiatan survei. Data yang diperlukan terkait dengan survei tanah yang
diperlukan, geologi dan bahan induk, penggunaan lahan, topografi (bentuk
wilayah dan lereng) dan relief, data iklim (curah hujan, temperatur, dll) dan
hidrologi, buku BPS (provinsi, kabupaten, kecamatan dalam angka), RTRW (Rencana
Tata Ruang Wilayah), keadaan tanah dan keadaan sosial ekonomi (terkait penduduk
: kepadatan, mata pencaharian, kepemilikan tanah, dll).
Foto
Udara adalah hasil pemotretan suatu daerah dari ketinggian tertentu, dalam
ruanglingkup atmosfer menggunakan kamera. Misalnya pemotretan menggunakan pesawat terbang, heikopter, balon udara,
drone/UAV, dan wahana lainnnya.
E. Tahap Pra Survei
a.
Perumusan Kerangka Acuan
Perumusan
kerangka acuan/tor perlu dilakukan agar pihak konsultan/surveyor maupun pihak
pengguna/sponsor mencapai kesepakatan tentang beberapa hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan survei tanah. Perumusan kerangka acuan dilakukan agar
pengguna dan pelaksana survey mempunyai landasan hukum yang jelas bila
sesuatu ketika terjadi kekeliruan.
b.
Pengecekan batas-batas bentukan lahan dan penggunaan lahan
Pengecekan
batas serta penggunaan lahan dapat dilakukan dengan interpretasi antara foto udara
yang telah berada dalam bentuk peta landform. Dari foto udara yang ada
dibandingkan dengan kondisi nyata dilapangan.
F. Identifikasi Tanah Awal
Survei
tanah Awal mengidentifikasi sifat tanah sangat sedikit, seperti tekstur, warna,
kedalaman, dan basah. Identifikasi tanah awal bertujuan untuk mendapatkan
informasi awal tentang tanah yang akan kita lakukan pensurveian.
2.
Kerjakan bahan diskusi pada slide no 4 di bahan Kuliah Minggu 3
A. Mengapa perlu ditentukan luasan SPT
terkecil 0.4 cm2?
Satuan
Peta Tanah 0,4 cm2 merupakan luasan terkecil dalam satuan peta.
Penentuan luasan SPT terkecil bertujuan untuk memudahkan perhitungan dan
memperkirakan perbesaran dalam keadaan yang sebenarnya dilapang yang telah di
bandingkan dengan skala peta. Karena untuk
membatasi area pengamatan. Jika luasan
SPT semakin kecil maka tingkat pengamatan juga akan semakin rumit.
Dengan meningkatnya tingkat kerumitan dan ketelitian maka
kekeliruan dari hasil pengamatan akan meningkat. Hal ini karena untuk
mendapatkan hasil yang akurat pada
luasan SPT yang semakin kecil dibutuhkan pengamatan yang sangat intensif,
sementara dalam melakukan pengamatan tentu dapat terjadi kekeliruan akibat
human error serta data penunjang yang dibutuhkan kurang memadai.
B. Apakah dibenarkan kita membesarkan
peta analog (misalnya peta tanah cetak) dgn scanner/foto copy skala 1 : 250.000 menjadi 1 : 50.000?
JELASKAN
Dibenarkan
jika kita membesarkan peta analog dengan scanner/foto copy skala 1 : 250.000
menjadi 1 : 50.000, karena akan semakin kecil kenampakkan wilayah yang
digambarkan dan semakin sedikit pula jumlah dan macam pengamatan yang dilakukan
persatuan luasan tertentu. Sebaliknya apabila kita mengecilkan skala peta,
semakin luas areal kenampakkan permukaan bumi yang tergambar dalam peta dan
semakin banyak pula jumlah dan macam pengamatan yang dilakukan persatuan luasan
tertentu. Namun tetap saja informasi yang ada pada peta hasil pembesaran
tersebut berbeda dengan peta yang
sejak awal merupakan
peta dengan skala 1 : 50.000 karena peta 1
: 50.000 memiliki tingkat informasi yang lebih rinci dari pada peta skala 1 :
250.000. Peta analog sendiri merupakan peta dalam bentuk cetakan/hard print.
Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, sehingga sudah
mempunyai referensi spesial seperti koordinat, skala, arah mata angin dan lain
sebagainya.
C. Skala Peta
a.
Berapa luas di lapangan untuk suatu SPT berukuran 0.8 cm2 pada peta
berbagai skala seperti pada butir-butir di bawah?
1
km2= 1.000.000 m2= 100 Ha
Eksplorasi
(1:1.000.000)
·
L.sebenarnya = 0.8 cm2 x (1.000.000)2
= 0.8 x 1012
cm2
= 0.8 x 102
km2
= 0.8 x 104 ha
·
Tinjau (1:250.000)
L.sebenarnya = 0.8 cm2x
(250.000)2
= 0.8 cm2 x
625 x 108
= 500 x 108 cm2 = 5 km2
= 500 ha
·
Semi detil (1:50.000)
L.sebenarnya = 0.8 cmx (50.000)2
= 0.8 x 25 x 108
= 20 x 108 cm2 = 0.2 km2
= 20 ha
·
Detil (1:25.000)
L.sebenarnya = 0.8
cmx (25.000)2
= 0.8 x 625 x 106
= 500 x 106 cm2 = 0.05 km2
= 5 ha
·
Sangat Detil (1:5000)
L.sebenarnya = 0.8
cmx (5000)2
= 0.8 x 25 x 106
= 20 x 106 cm2 = 0.002 km2
= 0.2 ha
b. Berapa
intensitas pengamatan untuk peta berbagai skala seperti pada butir-butir di
bawah?
·
Eksplorasi (1 : 1000.000)
Skala yang
digunakan pada peta eksplorasi adalah antara 1:500.000 sampai 1:1.000.000 Peta
tanah eksplorasi menyajikan informasi mengenai kadaan tanah dari suatu daerah.
Peta ini dibuat dengan survei dengan batuan udara (helikopter) pada
tempat-tempat tertentu dengan jenis tanah yang berbeda yang ditunjukkan pada
bentang alam yang berbeda. Survei ini dilakukan dengan bantuan interpretasi
foto udara atau citra satelit, dengan intensitas pengamatan yang sangat rendah.
·
Tinjau (1:250.000)
Peta tanah
tinjau, dibuat pada skala 1:250.000. Satuan peta didasarkan atas satuan
tanah-bentuk lahan atau sistem lahan yang didelineasi melalui interpretasi foto
udara dan atau citra satelit. Pengamatan di lapangan kurang lebih 1 untuk 12,5
km2.
·
Semi Detil (1:50.000)
Peta tanah
semi-detil, dibuat pada skala 1:50.000, dengan intensitas pengamatan sekitar 1
untuk setiap 50 hektar, tergantung dari kerumitan bentang lahan. Semi detil
menggunakan sistem grid yang dibantu oleh hasil interpretasi foto udara dan
citra satelit. Peta ini memberi gambaran tentang potensi daerah secara lebih
terperinci serta dapat menunjukkan lokasi proyek yang akan dilaksanakan.
·
Detil (1:25.000)
Peta tanah
detil, dibuat pada skala 1:25.000 dan 1:10.000. peta ini bertujuan untuk
persiapan pelaksanaan proyek konservasi tanah. hasil dari proyek konservasi
tanah yaitu informasi dari sifat dan ciri tanah sedetail mungkin. Jangkauan
pengamatan tanah sekitar 1 untuk setiap 2-12,5 ha.
·
Sangat Detil (1:5000)
Peta tanah
sangat detil, dibuat pada skala > 1:10.000. Dilakukan 2 pengamatan atau
lebih untuk setiap hektarnya. Peta ini difokuskan untuk kegiatan penelitian
khusus misalnya rancangan percobaan respon tanaman terhadap pupuk organik pada
satuan luas tanah.
Menurut Rayes (2007), macam-macam peta
dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut :
Macam Peta
|
Skala
|
Luas tiap 1
cm2 pada peta
|
Kerapatan
pengamatan rata-rata
|
|
Kisaran
|
Umumya
|
|||
Eksplorasi
|
1:1.000.000
s/d 1:500.000
|
1:1000.000
|
100 km2
atau kurang
|
Dihimpun
dari data dan peta yang ada (studi pustaka)
|
Tinjau
|
1:500.000
s/d 1:200.000
|
1:250.000
1:100.000
|
625 Ha
100 Ha
|
1 tiap 12.5
km2
1 tiap 2 km2
|
Semi detil
|
1:100.000
s/d 1:25.000
|
1:50.000
|
25 Ha
|
1 tiap 50 Ha
|
Detil
|
1:25.000 s/d
1:10.000
|
1:25.000
1:20.000
1:10.000
|
6.25 Ha
5 Ha
1 Ha
|
1 tiap 12.5
Ha
1 tiap 8 Ha
1 tiap 2 Ha
|
Sangat detil
|
>
1:10.000
|
1:5.000
|
0.25 Ha
|
2 tiap 1 Ha
|
Daftar Pustaka
Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta : Penerbit Andi.